Diberdayakan oleh Blogger.

WELCOME TO MY BLOG

thank you for visiting my blog.. Don't forget to follow and comment ya

Jumat, 12 November 2010

5 PENYEBAB KEMARAHAN

ARTIKEL INI SAYA AMBIL DARI SALAH SATU MOTIVATOR TERBAIK INDONESIA YAITU BPK. SUPARDI LEE
MENURUT SAYA ARTIKEL INI SANGAT BAGUS..
JADI DARI PADA CUMA NONGGOK D MESSAGES FB SAYA DAN TAK TERBACA OLEH SIAPAPUN, LEBIH BAIK SAYA POST KAN DISINI .
ITUNG2 NAMBAH KECERDASAN EMOSIONAL KITA..
SELAMAT MEMBACAAAA



Ada tiga ciri orang takwa di aspek sosial. Pertama, menahan amarah. Kedua, memberi kala lapang dan sempit. Ketiga, memaafkan. Sisi sosial ini menggambarkan betapa hebatnya orang takwa itu. Kenapa? Karena ketiga hal ini berat semua melakukannya. Dibutuhkan orang hebat untuk melakukan hal-hal berat dan sulit bukan?

Marah, memiliki energi yang besar sekali. Sayang, energinya negatif. Energi besar yang negatif daya rusaknya pun hebat. Maka, marah itu jelas merugikan orang yang marah dan orang yang dimarahi. Bagi subjek dan objek kemarahan, bersiaplah untuk menderita di berbagai aspek kehidupan. 

Secara fisik, energi marah bisa menimbulkan berbagai penyakit. Dari hanya sekedar pegal-pegal, sakit kepala, sampai ke kanker ganas. Secara mental, orang pemarah mudah terhinggapi negative thinking yang jelas tak produktif. Secara emosinal, marah mengundang emosi negatif lainnya seperti mudah kecewa, cepat tersinggung, merasa diri paling hebat, cepat stress, dan sebagainya. Secara sosial pasti tak disukai orang-orang di sekitarnya. Secara spiritual, jelas dimurkai Allah. Secara finansial, orang pemarah akan sulit mendapat rizki. 

Nah, jalan menahan marah adalah jalan yang sulit. Karena ia juga menjadi jalan takwa. Maka mengetahui sebab-sebab kemarahan menjadi penting. Agar kita terhindar dari segala akibat negatifnya. Juga mendapat segala manfaat positifnya. 

Ada lima sebab, kenapa marah jadi mudah tersulut :

1. Terikat hal-hal material
Hal-hal material itu seperti uang, kekayaan, jabatan, popularitas, karier, kesukuan, ras dan sebagainya. Hal-hal material ini kedudukannya jelas jauh di bawah kemuliaan manusia. Maka bila manusia terikat pada hal-hal material, kemuliaannya turun drastis. Hal-hal material itu dianggap sebagai yang terpenting. Maka, ketika hilang uang sedikit saja, marah. Mobil kegores sedikit, marah. Karena merasa jadi pejabat, dikritik sedikit, marah. Popularitasnya menurun, marah. 

2. Kurang cinta
Apa yang terjadi pada anak yang kurang mendapat cinta dan kasih sayang? Anak itu jadi mudah marah. Marah, dijadikan alat untuk mendapat perhatian dan cinta. Marah adalah lawan cinta. Maka kekurangan cinta membuat kemarahan jadi berlebih. Sumbu emosi jadi pendek. Kesalahan kecil sudah bisa menyulut kemarahan. 
Apa yang terjadi, bila kekurangan cinta ini terjadi pada orang dewasa? Maka kemarahannya menjadi-jadi. Marah pada dirinya sendiri. Marah pada orang-orang yang dianggapnya harus mencitainya. Marah pada situasi dan kondisi. Maka pelampiasan energi marah ini dicari. Akibatnya? Kecanduan kerja. Kecanduan narkotika. Selingkuh. Korupsi. Kriminalitas. Narsis tingkat tinggi. dan sebagainya. 

3. Perfeksionis
Perfeksionis ingin segala sesuatu dalam keadaan sempurna. Serba cepat. Serba berhasil. Serba rapi, bersih, indah. Ini sebuah standar yang tinggi dan tanpa toleransi. Standar yang tinggi jelas baik. Tapi, tanpa toleransi, inilah sebab stress dan kemarahan. Orang-orang dan keadaan tak bisa selalu sempurna. Naik turun kualitasnya. Maka ketika ini terjadi, orang perfeksionis pun meledak kemarahannya. 

4. Kurang Kemampuan
“Aku nggak bisa. Jangan maksa-maksa dong”. Pernah dengar kalimat ini? Ini kalimat defensif dari orang yang kemampuannya kurang memadai. Kurang kemampuan menjadi sebab marah. Diawali dari kekesalan karena tak bisa meraih keinginan (gagal). Puncaknya adalah kemarahan. Apalagi bila kegagalan ini terus terjadi. Sudah di-PHK karena tak berprestasi, disalahkan keluarga, diledek teman-teman, ditagih utang, dan seterusnya. Maka marah menjadi sikap bertahan dari serangan semua masalah itu.

5. Merasa punya hak dan otoritas untuk marah
Sebab ini terjadi pada orang yang merasa kedudukannya lebih tinggi dari objek marah. Orang tua pada anaknya. Atasan pada bawahannya. Guru pada muridnya. Pejabat pada rakyatnya. Suami pada istrinya. Nah, ketika orang yang dianggap berada di bawah ini melakukan kesalahan, marahnya pun keluar. 

Itulah lima sebab kemarahan. Mari sekarang kita mengukur diri. Adakah salah satu atau lebih sebab-sebab itu di diri kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by:
Free Blog Templates